
Wonosobo, lensakeadilan.com – Sebanyak 97 persen pekerja migran Indonesia (PMI) diketahui berangkat ke luar negeri secara tidak prosedural. Fakta itu disampaikan Menteri Perlindungan Pekerja Migran Indonesia (P2MI), Abdul Kadir Karding, saat meresmikan tiga Desa Migran Emas di Kabupaten Wonosobo, dilansir dari jawapos, Rabu (25/6/2025), yang dipusatkan di Desa Jlamprang, Kecamatan Leksono.
“Visa turis, visa ziarah, itu bukan visa kerja. Yang berangkat tidak sesuai prosedur justru menjadi penyumbang terbesar kasus PMI bermasalah,” tegas Karding.
Menurutnya, melalui program Desa Emas ini akan menjadi langkah strategis untuk memutus rantai pengiriman tenaga kerja ilegal.
Program ini merupakan kolaborasi multi-pihak di tingkat desa yang bertujuan memberikan edukasi, literasi migrasi, hingga pelatihan dan pemberdayaan eks PMI maupun keluarga PMI yang sedang bekerja di luar negeri.
“Komunitas desa akan ikut mengawasi. Sudah ada perdes, bahkan diperkuat dengan perda kabupaten. Ini penting agar setiap keberangkatan warga ke luar negeri dilakukan secara resmi dan aman,” ungkap Karding usai meresmikan tiga desa di Wonosobo menjadi Desa Emas, yakni Desa Jlamprang, Leksono, Desa Mergosari, Sukoharjo, dan Desa Kuripan, Watumalang.
Ia menambahkan, Wonosobo menjadi salah satu kantong besar PMI di Indonesia. Karena itu, pemerintah menekankan pentingnya penempatan tenaga kerja yang legal dan memiliki keterampilan.
“Misalnya, di Jepang, PMI di sektor keperawatan bisa mendapatkan gaji Rp 15 sampai Rp 25 juta per bulan. Tapi itu hanya bisa dicapai kalau mereka berangkat dengan jalur yang benar dan punya skill,” imbuhnya.
Kepala Desa Jlamprang, Sulaiman menyebutkan keberadaan Desa Migran Emas telah mendorong berbagai inisiatif pemberdayaan eks PMI. Salah satunya pelatihan membatik, pembuatan makanan olahan, dan pelatihan UMKM.
“Bulan Mei lalu, kami kirim 20 warga untuk pelatihan membatik. Bulan depan ada pelatihan membuat roti dan kue. Ini upaya agar eks-PMI dan keluarganya bisa mandiri secara ekonomi,” jelasnya.
Saat ini, terdapat 186 eks-PMI di Desa Jlamprang, dengan 82 di antaranya masih aktif bekerja di luar negeri. Negara tujuan terbanyak adalah Jepang, disusul Hongkong, Taiwan, dan Turki.
Ke depan, desa juga akan menggandeng SMK dan institusi pendidikan vokasi untuk membekali generasi muda dengan keterampilan kerja yang relevan dengan kebutuhan luar negeri, seperti keperawatan, perhotelan, dan tata boga. (***)