
Surabaya, lensakeadilan.com – Aksi kerusuhan yang terjadi pada Sabtu (30/9) malam masih menyisakan duka mendalam. Jawa Timur, salah satu daerah terdampak, harus menanggung kehilangan besar setelah Gedung Negara Grahadi, cagar budaya bersejarah yang menjadi ikon kota Surabaya, terbakar akibat ulah provokator. Hal ini mengundang keprihatinan semua pihak, termasuk Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa dan Lia Istifhama, anggota DPD RI asal Jawa Timur.
Sebagaimana dilansir sebelumnya, Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa mengungkapkan kesedihannya. Ia menegaskan bahwa renovasi sisi barat Grahadi yang terbakar tidak akan bisa mengembalikan bentuk asli 100 persen. “Bisa dibangun, tapi hal-hal seperti relief-reliefnya, ceiling-nya, tidak bisa dijamin sama dengan aslinya. Tapi bahwa seandainya itu semacam replikasi kita sudah menemukan teknik arsitekturnya, untuk seperti semula tidak mudah,” kata Khofifah di Surabaya beberapa saat lalu
Tak hanya Grahadi, sejumlah gedung bersejarah lainnya juga turut terdampak dalam kerusuhan yang bermula dari aksi demonstrasi. Situasi yang memanas itu disinyalir kuat dipicu provokasi oknum tak bertanggung jawab, yang menggeser tujuan awal demonstrasi menjadi tindakan anarkis. Perbincangan publik kian ramai setelah sebuah akun X @_gladhys membagikan video sosok misterius berjaket ojol berwarna hijau, lengkap dengan helm fullface dan sepatu Adidas, yang diduga menyalakan api di Gedung Grahadi. Identitas pria itu hingga kini masih jadi teka-teki.
Di sisi lain, aktivis Ferry Irwandi melalui akun Instagram @irwandiferry menyebut beberapa akun X seperti @Tekarok007, @Heraloebss, @Mas_Veel, dan @Ndrewstjan sebagai pemicu kerusuhan. Ia menilai dengan melacak pihak di balik akun-akun tersebut, aparat bisa menemukan aktor utama kericuhan. Polisi pun bergerak. Polda Metro Jaya menangkap Delpedro Marhaen pada Senin (1/9) malam dengan tuduhan menghasut massa melakukan tindakan anarkistis. “Dia menghasut untuk melakukan tindakan anarkistis, bukan ajakan untuk berunjuk rasa,” ungkap Kabid Humas Polda Metro Jaya Kombes Pol Ade Ary Syam Indradi, Selasa (2/9).
Melihat dari sisi lain Lia Istifhama melihat kerusuhan tersebut banyak melibatkan anak di bawah umur., Bagi senator sekaligus aktivis sosial ini anak-anak adalah korban provokasi. Secara tegas Ning Lia (panggilan akrab Lia Istifhama) meminta aparat keamanan menindak tegas pihak-pihak yang meracuni gererasi muda.
“Mental dan moral anak-anak adalah tanggung jawab kita semua sebagai orang tua. Maka siapapun yang ingin meracuni pikiran anak-anak di bawah umur, harus ditindak tegas,” pungkas senator yang dikenal tegas namun ramah ini kepada satukanindonesia (9/9).
Di sisi lain ia juga menyinggung peran penting guru sebagai orang tua kedua. Menurutnya, jangan sampai tenaga pendidik kehilangan fungsi utama karena terbebani administrasi berlebihan.
“Situasi sosial ini harus jadi evaluasi. Kenapa anak-anak mudah diracuni? Maka salah satu atensinya adalah peran guru. Jangan sampai guru disibukkan laporan administrasi yang berlebihan,” tegasnya.
Ia menilai pengalaman pandemi COVID-19 menjadi pelajaran penting, di mana banyak guru harus lembur hingga larut malam hanya untuk menyelesaikan laporan pembelajaran daring. Hal itu, menurutnya, justru membuat guru kehilangan ruang mendidik secara berkualitas.
Di akhir komentarnya, putri tokoh NU Alm. KH Maskur Hasyim ini berharap pemerintah, khususnya Presiden Prabowo Subianto melalui Kemendikdasmen, terus menghadirkan kebijakan produktif. Salah satunya dengan memberi keleluasaan guru membangun hubungan interpersonal dengan siswa.
“Setiap peristiwa mengandung hikmah. Saya berharap guru bisa lebih fokus pada penguatan moral dan sosial siswa. Relaksasi beban administrasi guru yang kini hanya sekali setahun patut diapresiasi, namun kesejahteraan guru, terutama di swasta dan daerah terpencil, juga harus diperhatikan,” pungkas keponakan Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa ini (Yosua/SIM)